ESAI
MEMBANGUN SOLIDARITAS DI TENGAH PANDEMI COVID-19
Virus korona (COVID-19) yang telah ditetapkan sebagai pendemi global ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok. Virus ini kerabat dengan MERS-CoV Dan SARS-CoV. Penularan penyakit ini sangat cepat melalui kontak fisik dengan orang yang terinfeksi virus. Corona telah memakan banyak korban termasuk Indonesia. Masyarakat harus meningkatkat daya imun tubuh dengan disiplin menerapkan pola hidup sehat. Resiko terkena virus corona bisa diminimalisir dengan sering mencuci tangan dengan bersih, menghindari menyatuh wajah, hidung, atau mulut, menghindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang sakit, menutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk, sementara hindari keramaian, menjaga jarak dengan orang lain, menggunakan masker saat sakit, dan tidak berpegian saat sakit kecuali ke dokter.
Solusi awal untuk menghindari virus ini adalah menyanyangi tubuh dengan kembali menerapkan pola hidup sehat yaitu dengan makan makanan yang bergizi, bersih dan sehat. Masyarakat harus saling mengingatkan dan menjaga kebersihan lingkungan Indonesia Tidak Boleh Menyerah!
Dalam aksi membangun solidaritas ditengah pandemi covid 19 merupakan penegasan sifat dan kebesaran bangsa indonesia, yakni dalam hal bangsa gotong royong, bangsa pejuang yang tidak mengenal lelah dan yang selalu menemukan kekuatan dan solusi lokal di tengah berbagai krisis. Dengan tumbuhnya solidaritas di bangsa indonesia ini masyarakat yang menjalani berbagai aktivitas di rumah saja, tidak akan semakin individualis, tetapi justru semakin peduli satu sama lain. Dalam pergerakan-pergerakan saling membantu itu harus diangkat, dimunculkan ke permukaan, bukan untuk disombongkan, tetapi untuk menjaga harapan dijadikan sebagai inspirasi dan akan bermanfaat jika dapat ditiru ulang oleh yang lain secara masif.
Solidaritas adalah rasa senasib sepenanggungan yang dahulu memintal benang persatuan dan kesatuan, dalam mengusir penjajah. Sekarang, solidaritas merupakan harta yang bisa menjadikan senjata dalam konteks perang melawan corona. Merefleksi ini kita jadi ingat ungkapan “Wefight againts thing we hate, We fight for things we love”. Kita bertempur apa yang melawan kita benci, kita berjuang untuk hal-hal yang kita cintai. Kalau dulu, ada penjajah yang menjadi musuh bersama sehingga seluruh anak bangsa fight againts atau bertempur melawan musuh yang terlihat nyata. Kini situasinya hampir mirip, meski yang menjadi musuh bersama, tak bisa dilihat dengan mata. Tetapi, setidaknya ada semacam semangat dan determinasi yang sama, yang bila diintegrasikan, diikta dan disatukan, akan menjelma menjadi kekuatan yang maha dahsyat untuk mengenyahkan virus corona. Masyarakat menyakini bahwa bangsa indonesia memiliki kekuatan bertahan dalam situasi darurat, karena memiliki semangat gotong royong. Keyakinan tersebut mewujud dalam bentuk meningkatnya inisiatif dan partisipasi publik untuk membantu pemerintah memerangi virus corona.
Inisiatif warga itu, tampak misalnya dari penggalangan dana untuk membelikan alat perlindungan diri bagi para petugas medis yang merawat pasien Covid-19, membuat cairan pembersihan tangan (hand sanitizer) dan kampanye kesehatan baik diranah luar jaringan maupun dalam jaringan.
Peran melawan Virus Corona adalah arena perjuangan kemanusiaan, bukan arena politik maupun ekonomi. Kita kecam oknum dari manapun yang menjadikan bencana covid-19 sebagai komiditas ekonomi, seperti yang dilakukan oleh oknum yang tidak memiliki empat kemanusiaan dengan memanfaatkan kepanikan masyarakat. Dan mari belajar dari China dan Italia dalam perang melawan covid-19. Masyarakat China saling menguatkan patuh pada instruktsi pihak otoritas dengan mengatakan ‘’Wuhan,jiayou”, yang artinya “Wuhan, Kamu pasti bisa”. Dalam hal seperti itu bangsa indonesia pasti bisa untuk melaksanakan dengan baik dan secara teratur contohnya menggunakan akun media sosial untuk menjalankan kebersamaan dan untuk mendapatkan informasi pandemi covid-19.
Label: Informasi